Senin, 04 Juni 2012


Analisis   Kredit
 
 
 
Analisis kredit adalah suatu proses analisis kredit dengan menggunakan pendekatan-pendekatan dan rasio-rasio keuangan untuk menentukan kebutuhan kredit yang wajar.  Secara fundamental, analisis kredit dapat dibagi atas dua bagian, yaitu (1) analisa kualitatif untuk memahami usaha debitur, posisi usaha dalam industri, kondisi persaingan, ancaman pemain baru, risiko teknologi ketinggalan jaman, dan memahami gaya manajemen dari debitur. (2) analisa arus kas atau cash flow, dengan menggunakan laporan keuangan (neraca dan rugi laba), dan melihat arus kas masuk (sumber dana) dan arus kas keluar (penggunaan dana).

Tujuan utama analisis permohonan kredit adalah untuk memperoleh keyakinan apakah nasabah mempunyai kemauan dan kemampuan memenuhi kewajibannya kepada bank secara  tertib, baik pembayaran pokok pinjaman maupun bunganya, sesuai dengan kesepakatan dengan bank. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyelesaian kredit nasabah, terlebih dahulu harus terpenuhinya Prinsip 5 C’s Analysis, yaitu sebagai berikut:

1. Character
Character adalah keadaan watak dari nasabah, baik dalam kehidupan pribadi maupun dalam lingkungan usaha. Kegunaan dari penilaian terhadap karakter ini adalah untuk mengetahui sampai sejauh mana kemauan nasabah untuk memenuhi kewajibannya (willingness to pay) sesuai dengan perjanjian yang telah ditetapkan.

Sebagai alat untuk memperoleh gambaran tentang karakter dari calon nasabah tersebut, dapat ditempuh melalui upaya antara lain:

a.   Mengenal dari dekat. 
b.  Mengumpulkan keterangan mengenai aktivitas calon debitur dan perbankan. 
c.   Mengumpulkan keterangan dan meminta pendapat dari rekan-rekannya, pegawai dan saingannya mengenai reputasi, kebiasaan pribadi, pergaulan social, dll.

2. Capital
      Capital adalah jumlah dana/modal sendiri yang dimiliki oleh calon nasabah. Semakin besar modal sendiri dalam perusahaan, tentu semakin tinggi kesungguhan calon nasabah dalam menjalankan usahanya dan bank akan merasa lebih yakin dalam memberikan kredit. Modal sendiri juga diperlukan bank sebagai alat kesungguhan dan tangung jawab nasabah dalam menjalankan usahanya karena ikut menanngung resiko terhadap gagalnya usaha. Dalam praktik, kemampuan capital ini dimanifestasikan dalam bentuk kewajiban untuk menyediakan self-financing, yang sebaiknya jumlahnya lebih besar daripada kredit yang dimintakan kepada bank. Untuk itu bank harus:

a.   Menganalisa neraca selama sedikitnya dua tahun terakhir. 
b. Mengadakan analisa ratio untuk mengetahui likuiditas, solvabilitas, rentabilitas dari perusahaan calon peminjam kredit.

3. Capacity
Menyangkut kemampuan pimpinan perusahaan beserta sifatnya baik kemampuan dalam manajemen  maupun keahlian dalam bidang usahanya.
Untuk itu bank harus memperhatikan :

a.      Angka-angka hasil produksi.
b.     Angka-angka dan pembelian.
c.      Perhitungan rugi/laba perusahaan saat ini dan proyeksinya.
d.  Data-data financial diwaktu-waktu yang lalu, yang tercermin didalam laporan keuangan perusahaan.

4. Collateral
Collateral berarti jaminan. Ini menunjukan besarnya aktiva yang akan dikaitkan sebagai jaminan atas kredit yang diberikan oleh bank.
Untuk itu bank harus :

a.      Meneliti mengenai pemilikan jaminan tersebut.
b.     Mengukur stabilitas dari pada nilainya. 
c.  Memperhatikan kemampuan untuk dijadikan uang dalam waktu relative singkat tanpa perlu mengurangi nilainya. 
d.      Memperhatikan peningkatan barang yang benar-benar menjamin kepentingan bank, sesuai dengan ketentuan hokum yang berlaku.

5. Conditions
Bank harus melihat kondisi ekonomi secara umum serta kondisi pada sector usaha si peminta kredit.
Untuk itu bank harus memperhatikan :
a.     Keadaan ekonomi yang akan mempengaruhi perkembangan usaha calon peminjam.
b.     Kondisi usaha calon peminjam.      
c.     Keadaan pemasaran dari hasil usaha calon peminjam.
d.     Prospek usaha dimasa yang akan dating.
e.      Kebijakan pemerintah yang akan mempengaruhi prospek industry.


Selain formula 5C diatas, didalam pemverian kredit bank akan memperhatikan aspek-aspek pertimbangan kredit untuk menilai kelayakan suatu usaha yang akan dibiayai oleh kredit bank.
Secara umum aspek-aspek pertimbangan kredit tersebut meliputi :
  1. Aspek Umum
  2. Aspek Ekonomi atau KomersiiL.
  3. Aspek Teknik
  4. Aspek Yuridis
  5. Appek Kemanfaatan dan Kesempatan Kerja
  6. Aspek Keuangan.


Minggu, 29 April 2012

ANALISIS PERUBAHAN LABA KOTOR


Perubahan dalam laba kotor (gross profit) perlu dianalisa untuk mengetahui sebab- sebab perubahan tersebut, baik perubahan yang menguntungkan (kenaikan) maupun perubahan yang merugikan (penurunan).

  • Pada dasarnya perubahan laba kotor itu disebabkan oleh 2 faktor yaitu :
  1. Faktor Penjualan
  2. Faktor Harga PokokPenjualan
            Laba kotor = Penjualan – HPP


  •  Hasil penjualan dapat disebabkan oleh :
a.  Perubahan  harga jual persatuan produk
b.  Perubahan kuantitas  atau volume produk yang dijual/dihasilkan.


  • Perubahan Harga Pokok Penjualan dapat disebabkan :
  1. Perubahan harga pokok rata-rata persatuan
  2.  Perubahan kuantitas atau volume produk yang dijual.

  •  4 Faktor  Penyebab Perubahan Laba Kotor
  1. Perubahan Harga Jual (Sales Price Variance)

Perubahan harga jual yaitu adanya perubahan antara harga jual yang sesungguhnya dengan harga jual yang dibudgetkan atau harga jual tahun sebelumnya.

Rumus:      (HJ2 – HJ1)K2


Keterangan:
HJ1 = Harga jual per satuan produk yang dibudgetkan atau tahun sebelumnya.
HJ2 = Harga jual per satuan produk yang sesungguhnya.
K2 = Kuantitas atau volume produk yang sesungguhnya dijual


Apabila (HJ2 –HJ1) menunjukan angka positif berarti ada kenaikan harga, menguntungkan. Sebaliknya bila (hj2-hj1) negatif berarti ada penurunan harga jual dan menunjukan keadaan yang merugikan.


  1. Perubahan Kwantitas produk yang dijual (sales volume variance).

Perubahan kuantitas produk yang dijual yaitu adanya perbedaan antara kuantitas produk yang direncanakan/tahun sebelumnya dengan kuantitas produk yang sesungguhnya dijual (direalisir).

Rumus:    (K2 – K1) HJ1


Keterangan:
K2 = Kuantitas penjualan sesungguhnya
K1 = Kuantitas penjualan yang dibudgetkan atau tahun sebelumnya.
HJ 1= Harga jual per satuan produk yang dibudgetkan (tahun sebelumnya)


Bila (K2 –K1) menghasilkan angka positif berarti adanya peningkatan penjualan, menguntungkan. Bila (K2 – K1) negatif menunjukan adanya penurunan kuantitas penjualan, merugikan


  1. Perubahan Harga Pokok Penjualan per satuan produk (cost price variance)

Perubahan Harga Pokok Penjualan Persatuan Yaitu adanya perbedaan antara harga pokok penjualan per satuan produk menurut budget atau tahun sebelumnya dengan harga pokok yang sesungguhnya.

Rumus:            (HPP2 – HPP1) K2


Keterangan:
HPP2 = HPP yang sesungguhnya
HPP1 = HPP menurut budget atau tahun sebelumnya.
K2 = Kuantitas produk yang sesungguhnya dijual.


Bila (HPP2 – HPP1) = positif, ada kenaikan biaya (HPP) artinya merugikan.  Sebaliknya bila (HPP2 – HPP1) negatif menguntungkan


  1. Perubahan kwantitas harga Pokok penjualan (cost volume variance)

Yaitu adanya perubahan harga pokok penjualan karena adanya perubahan kwantitas/volume yang dijual atau yang diproduksi.

Rumus:            (K2 – K1) HPP1


Keterangan:
K2 = kuantitas produk yang sesungguhnya dijual/dihasilkan.
K1 = Kuantitas produk menurut bdget (tahun sebelumnya).
HPP1 = HPP persatuan barang menurut budget


Bila (K2 – K1) = positif, maka akan merugikan. Sebaliknya bila (K2 – K1) = negatif, maka akan menguntungkan.



Contoh:

tahun
2008
2009
perubahan
Penjualan netto
Rp    200 000
Rp      253 000
Rp       53 000
H P P
 Rp    150 000
 Rp      181 125
 Rp      31 125
Laba Kotor
Rp     50 000
Rp      71 875
Rp     21 875
Kuantitas terjual
1000
1150
150
Harga jual persatuan
Rp       200
Rp        220
Rp      20
Harga pokok persatuan
Rp        150
Rp        157,50
Rp        7,50


Perhitungan:

1. Perubahan harga jual
       (HJ2 – HJ1) K2
(Rp 220 – Rp200) 1150 = Rp 23 000 (laba)

2. Perubahan Kwantitas terjual
(K2 – K1) HJ1
(1150 - 1000) Rp 200  = Rp 30 000 (laba)

3. Perubahan HPP
 (HPP2 – HPP1) K2
 (Rp 157,50 – Rp 150) 1150 =Rp 8625 (rugi)

4. Perubahan Kuantitas HPP
 (K2 – K1) HPP1
(1150       – 1000) Rp 150 = Rp 22 500 (rugi)


Laporan Perubahan Laba kotor

Kenaikan penjualan disebabkan :
1. Kenaikan harga jual              Rp 23 000
2. Kenaikan kuantitas penjualan     Rp 30 000 +
                                                    Rp 53 000
Kenaikan HPP disebabkan :
1.Kenaikan Hp persatuan produk     Rp 8 625
2.Kenaikan Kuantitas HPP           Rp 22 500 +
             jumlah                                 Rp 31.125 -
Kenaikan laba kotor                                 Rp 21 875

Selasa, 24 April 2012

ANALISIS BREAK EVEN POINT




Break Even Point (BEP) dapat diartikan sebagai suatu titik atau keadaan dimana perusahaan di dalam operasinya tidak memperoleh keuntungan dan tidak menderita kerugian, impas antara biaya yang dikeluarkan perusahaan dengan pendapatan yang diterima.

  • Manfaat Analisis Break Even Point

Analisis Break even secara umum dapat memberikan informasi kepada pimpinan, bagaimana pola hubungan antara volume penjualan, cost/biaya, dan tingkat keuntungan yang akan diperoleh pada level penjualan tertentu. Analisis break even dapat membantu pimpinan dalm mengambil keputusan mengenaihal-hal sebagai berikut:

  1. Jumlah penjualan minimalyang harus dipertahankanagar perusahaan tidak mengalami kerugian 
  2. Jumlah penjualan yang harus dicapai untuk memperoleh keuntungan tertentu.
  3. Seberapa jauhkah berkurangnya penjualan agar perusahaan tidak menderita rugi 
  4. Untuk mengetahui bagaimana efek perubahan harga jual, biaya dan volume penjualan terhadap keuntungan yang diperoleh.

  • Jenis Biaya Berdasarkan Break Even Point

Biaya yang dikeluarkan perusahaan dapat dibedakan sebagai berikut:

1. Variabel Cost (biaya Variabel)
Variabel cost merupakan jenis biaya yang selalu berubah sesuai dengan perubahan volume penjualan, dimana perubahannya tercermin dalam biaya variabel total. Dalam pengertian ini biaya variabel dapat dihitung berdasarkan persentase tertentu dari penjualan, atau variabel cost per unit dikalikan dengan penjualan dalam unit.
2. Fixed Cost (biaya tetap)
Fixed cost merupakan jenis biaya yang selalu tetap dan tidak terpengaruh oleh volume penjualan melainkan dihubungkan dengan waktu(function of time) sehingga jenis biaya ini akan konstan selama periode tertentu. Contoh biaya sewa, depresiasi, bunga. Berproduksi atau tidaknya perusahaan biaya ini tetap dikeluarkan.
3. Semi Varibel Cost
      Semi variabel cost merupakan jenis biaya yang sebagian variabel dan sebagian tetap, yang kadang-kadang disebut dengan semi fixed cost. Biaya yang tergolong jenis ini misalnya: Sales expense atau komisi bagi salesman dimana komisi bagi salesman ini tetap unutk range atau volume tertentu, dan naik pada level yang lebih tinggi

  • Kekurangan Analisis BEP :
  1. Fixed cost haruslah konstan selama periode atau range of out put tertentu
  2. Variabel cost dalam hubungannya dengan sales haruslah konstan
  3. Sales price perunit tidak berubah dalam periode tertentu
  4. Sales mix adalah konstan

Rumus BEP : 

       Atas dasar unit
      Atas dasar sales dalam rupiah
Keterangan:

FC : Biaya Tetap
P       : Harga jual per unit
VC : Biaya Variabel per unit

Biaya tetap adalah total biaya yang tidak akan mengalami perubahan apabila terjadi perubahan volume produksi. Biaya tetap secara total akan selalu konstan sampai tingkat kapasitas penuh. Biaya tetap merupakan biaya yang akan selalu terjadi walaupun perusahaan tidak berproduksi.

Biaya variable adalah total biaya yang berubah-ubah tergantung dengan perubahan volume penjualan/produksi. Biaya variable akan berubah secara proposional dengan perubahan volume produksi

 
Kurva Break Even Point
Dengan melihat kurva ini jelas dapat kita lihat dimana daerah untung (profit) dan dimana daerah rugi (loss).




  • ·         Keterbatasan Analisis Break Even Point

Analisis break even dapat dirasakan manfaatnya apabila titik break even dapat dipertahankan selama periode tertentu. Keadaan ini at dipertahankan apabila biaya-biaya dan harga jual dalah konstan, karena naik turunnya harga jual dan biaya akan mempengaruhi titik break even. Dalam kenyataan analisis ini agak sukar untuk diterapkan. Oleh sebab ini bagi analis perlu diketahui bahwa analisis break even mempunyai limitasi-limitasi tertentu, yaitu:

1.    Fixed cost haruslah konstan selama periode atau range of out put tertentu
2.     Variabel cost dalam hubungannya dengan sales haruslah konstan
3.    Sales price perunit tidak berubah dalam periode tertentu
4.    Sales mix adalah konstan

Berdasarkan limitasi-limitasi tersebut, Break Even Point (BEP) akan bergeser atau berubah apabila:

  1. Perubahan FC, terjadi sebagai akibat bertambahnya kapasitas produksi, dimana perubahan ini di tandai dengan naik turunnya garis FC dan TC-nya, meskipun perubahannya tidak mempengaruhi kemiringan garis TC. Bila FC naik BEP akan bergeser keatas atau sebaliknya. 
  2. Perubahan pada variabel cost ratio atau VC per unit, dimana perubahan ini akan menentukan bagaimana miringnya garis total cost. Naiknya biayaVC per unit akan menggeser BEP keatas atau sebaliknya. 
  3. Perubahan dalam sales price per unit . Perubahan ini akan mempengaruhi miringnya garis total revenue (TR). Naiknya harga jual per unit pada level penjualan yang sama walaupun semua biaya adalah tetap, akan menggeser kebawah atau sebaliknya. 
  4. Terjadinya perubahan dalam sales mix. Apabila suatu perusahaan memproduksi lebih dari satu macam produk maka komposisi atau perbandingan antara satu produk dengan produk lain (sales mix) haruslah tetap. Apabila terjadi perubahan misalnya terjadi kenaikan 20% pada produk A sedangkan produk B tetap maka BEP pun akan berubah. 
   
  • Margin Of Safety

Margin of safety dalam hubungannya dengan analisis break even yaitu untuk menentukan seberapa jauhkah berkurangnya penjualan agar perusahaan tidak menderita kerugian. Formulasinya adalah sebagai berikut:

M/S = (Budget sales – BEP)/ Budget sales

Budget Sales adalah jumlah penjualan yang telah ditargetkan. 



Contoh Kasus Break Even Point    
   

CV. ERA DINAMIKA membuat  dan  menjual  dua jenis produk yaitu Kosimil dan Lusimol. Total biaya tetap untuk kedua jenis produk tersebut Rp. 60.000,00. Harga  jual, biaya  variabel, dan laba kontribusi per unit serta rasio masing-masing produk adalah :

                                                Produk Kosimil           Produk Lusimol
Harga Jual                             Rp. 12,00     100%       Rp. 8,00    100%
Biaya Variabel                      Rp.  6,00      50%          Rp. 6,00     75%
Laba Kontribusi                   Rp.  6,00      50%          Rp. 2,00     25%


1Jika komposisi penjualan produk K dan L dalam unit masing-masing1 : 1 atau  dalam  rupiah 3 : 2, hitunglah penjualan  pada titik  impas dengan teknik :

   a.  Rasio LK rata-rata
   b. LK rata-rata per unit 

2. Jika  total penjualan yang direncanakan untuk kedua jenis produk tersebut  sebesar 20.000 unit, dan  komposisi penjualan produk K dan  L  dalam unit masing-masing 1 : 1 atau  dalam  rupiah 3 : 2, hitunglah besarnya laba yang direncanakan


Penyelesaian :
1. Menghitung penjualan pada titik impas dengan komposisi produk K
   dan L dalam unit 1 : 1 atau dalam rupiah 3 : 2.

a.       Teknik CM ratio rata-rata
                                                                 a + i
   BEP (Rp)     =        -----------------------------
                                   Rasio Laba  Kontr. Rata-rata

                                                        Rp. 60.000 + 0
                                 =               --------------------------         = Rp. 150.000,00
                                                (50% X 3) + (25% X 2)
                                                  --------------------------
                                                                  3 + 2

 Titik impas tercapai pada penjualan sebesar Rp. 150.000,00. Produk K dan produk L dengan komposisi 3 : 2, maka  produk K sebesar = 3/5 (Rp. 150.000) = Rp. 90.000,00  dan  produk  L sebanyak  Rp. = 2/5 (Rp. 150.000) = Rp. 60.000,00.


b.      Teknik Laba Kontribusi Rata-rata per unit

                                                                       a + i
 BEP (Unit)     =          --------------------------------
                                           Laba  Kontr. Rata-rata per unit

                                                            Rp. 60.000 + 0
                                    =           -------------------------------
                                             (Rp. 6,00 X 1) + (Rp. 2,00 X 1)
                                                  --------------------------------
                                                                   1      +          1

                                           Rp. 60.000
                                    = --------------------        =  15.000 unit
                                                  4

 Titik impas tercapai pada penjualan sebanyak 15.000 unit, produk  K dan produk L  dengan komposisi 1 : 1, maka  penjualan  produk K  =  1/2 (15.000 ) = 7.500 unit, dan  produk L = 1/2 (15.000) = 7.500 unit.
 Bukti :
                            Produk K               Produk L            Total
                           7.500 unit              7.500 unit         15.000 unit
                                 Jumlah      %      Jumlah       %     Jumlah      %


 Penjualan            Rp. 90.000  100   Rp. 60.000  100  Rp. 150.000  100
 Biaya Variabel       45.000     50       45.000    75       90.000   60
                                  -------------------------------------------------------
 Laba Kontribusi      45.000     50       15.000    25       60.000   40
 Biaya Tetap                                                                                60.000
                                                                                                                --------
 Laba Bersih                                                                                      0


2. Jika  total  penjualan 20.000 unit  dengan  komposisi penjualan
   produk k dan L masing-masing dalam unit 1 : 1 atau dalam rupiah
   3 : 2, maka besarnya laba adalah :
                 Produk K             Produk L           Total
                10.000 unit         10.000 unit        20.000 unit
                 Jumlah       %     Jumlah       %     Jumlah        %

Penjualan       Rp. 120.000   100  Rp. 80.000    100  Rp. 200.000   100
Biaya Variabel       60.000    50      60.000     75      120.000    60
                                 --------------------------------------------------------
Laba Kontribusi      60.000    50      20.000     25      80.000     40
Biaya Tetap                                                                              60.000
                                                                                                            ---------
Laba Bersih                                                                              20.000



Kesimpulan :
Dampak Perubahan Komposisi Penjualan terhadap hubungan CPV Perusahaan  yang  menjual  lebih dari satu macam produk seringkali mempunyai kesempatan untuk  menaikkan laba kontribusi dan menurunkan titik impas dengan cara memperbaiki komposisi penjualan, yaitu menaikkan proporsi penjualan  produk  yang menghasilkan rasio laba kontribusi (contribution margin ratio) yang tinggi.